Jumat, 15 Februari 2013

LOCAL WISDOM



LOCAL WISDOM
Local Wisdom atau kearifan lokal, ada arti yang dalam disitu. Kata tersebut kata tersebut menjadi aspek penting yang seharusnya ditinjau saat melahirkan suatu hal, baik persiapan, perencanaan, pengembangan (Pemerintahan) perbaikan, pengembangan (SDM) konservasi, setting keberlansungan kehidupan mahluk hidup (Kehidupan Alam). Kearifan lokal mengajarkan nilai – nilai luhur manusia sejak dahulu dalam hal sinkronisasi antara pemimpin, masyarakat, dan alamnya. secara turun – temurun hal ini akhirnya mewujudkan terciptanya budaya serta nilai dan norma sosial yang ada “dulu”. Sehingga Kearifan lokal dapat dikatakan sebagai kesadaran hidup,bertahan hidup dan keberlansungan hidup, yang dilandasi sikap ketereratan manusia kepada alam dan penciptanya dengan hubungan nilai juga norma sebab – akibat.dari hal itu secara sempit dikatakan alampun mempunyai hak azasinya.
Bila dikaitkan antara kearifan lokal dan budaya manusia, ada hirarki disana yang nyatanya manusia ialah produk berwujud nyata dari nilai, norma kearifan lokal. Namun yang menggelitik bahwa budaya menjadi ambigu dimana dala hal ini budaya terbagi menjadi budaya lampau (tradisional), budaya sekarang, budaya yang akan datang, karena sekarang dijaman modern ini terjadi konflik dingin sosial yang secara perlahan menggeser nilai – nilai “lampau” dan mengakibatkan perubahan pola pikir yang berdampak pada kehidupan masyarakat sehingga seperti  menghasilkan budayanya yang baru.
Budaya ialah sekumpulan nilai dan norma yang menjadi dasar kehidupan manusia, disebabkan budaya tergambar pada perilaku. Budaya bukan untuk dilestarikan, budaya ialah citra diri seseorang yang melambangkan “ kesucian, keterbatasan, syukur, penghargaan pada sesuatu”. Kata “melestarikan dalam konteks budaya ialah kerangkeng semu yang mengartikan bahwa seakan kita melegalkan penciptaan budaya baru yang lain dari diri kita sehingga kita mengurung budaya yang sejatinya ialah gambaran diri kitasendiri menggunakan kata “melestarikannya”. Akhirnya kearifan lokal akan luntur dimasa depan saat kita menjadi aktor penting dalam setiap lakon penghancuran budaya. Menurut arif dan bambang, menyinggung soal nila berarti kita berhadapan dengan persoalan abstrak dan tidak bersifat mutlak, melainkan selalu bersifat relativ sesuai dengan lingkungan setempat. Memperhatikan wacana diatas nilai dalam masyarakat lebih sentral dibandingkan dengan norma (norm). Sesuai norma dari berbagai tingkatan mencerminkan “nilai”yang hidup didalam suatu komonitas.
kearifan lokal menjadi sesuatu yang di KUNOkan, sebagian pihak menganggap budaya itu harus diperbaharui. Pada dasarnya budaya ialah jati diri dari suatu masyarakat, yang sejatinya budaya melambangkan cara berpikir manusia. Kata tradisional kini menjadi hal yang mesti dirubah. Kontenporer dan modern menjadi tujuan arah perubahan. Satu pertanyaan mendasar. Apa itu modern ? Mengapa modern ?   
Generasi muda adalah harapan leluhur penerus nilai keasrian budaya. Dan, pemerintah wadah pengharapan kebudayaan, daerah diwajibkan menjaga, merawat, mengekspresikan jiwa tradisional, serta nilai kebudayaan, kearifan lokal. Sangat disayangkan kepada mereka yang dahulu memikirkan bagaimana cara mendidik kita generasi sekarang lewat budaya selaku alat pendidikan sosial maupun religi, malah sekarang kita melupakan menganggap hanya sebuah icon masa lampau, yang di bingkai pita fatamorgana, sehingga saat kita ingin mengenalnya “ia” hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar