LOCAL WISDOM
Local Wisdom
atau kearifan lokal, ada arti yang dalam disitu. Kata tersebut kata tersebut
menjadi aspek penting yang seharusnya ditinjau saat melahirkan suatu hal, baik
persiapan, perencanaan, pengembangan (Pemerintahan) perbaikan, pengembangan
(SDM) konservasi, setting
keberlansungan kehidupan mahluk hidup (Kehidupan Alam). Kearifan lokal mengajarkan
nilai – nilai luhur manusia sejak dahulu dalam hal sinkronisasi antara
pemimpin, masyarakat, dan alamnya. secara turun – temurun hal ini akhirnya
mewujudkan terciptanya budaya serta nilai dan norma sosial yang ada “dulu”.
Sehingga Kearifan lokal dapat dikatakan sebagai kesadaran hidup,bertahan hidup
dan keberlansungan hidup, yang dilandasi sikap ketereratan manusia kepada alam
dan penciptanya dengan hubungan nilai juga norma sebab – akibat.dari hal itu secara sempit dikatakan alampun
mempunyai hak azasinya.
Bila
dikaitkan antara kearifan lokal dan budaya manusia, ada hirarki disana yang
nyatanya manusia ialah produk berwujud nyata dari nilai, norma kearifan lokal.
Namun yang menggelitik bahwa budaya menjadi ambigu dimana dala hal ini budaya
terbagi menjadi budaya lampau (tradisional), budaya sekarang, budaya yang akan
datang, karena sekarang dijaman modern ini terjadi konflik dingin sosial yang
secara perlahan menggeser nilai – nilai “lampau” dan mengakibatkan perubahan
pola pikir yang berdampak pada kehidupan masyarakat sehingga seperti menghasilkan budayanya yang baru.
Budaya
ialah sekumpulan nilai dan norma yang menjadi dasar kehidupan manusia,
disebabkan budaya tergambar pada perilaku. Budaya bukan untuk dilestarikan,
budaya ialah citra diri seseorang yang melambangkan “ kesucian, keterbatasan,
syukur, penghargaan pada sesuatu”. Kata “melestarikan dalam konteks budaya
ialah kerangkeng semu yang mengartikan bahwa seakan kita melegalkan penciptaan
budaya baru yang lain dari diri kita sehingga kita mengurung budaya yang
sejatinya ialah gambaran diri kitasendiri menggunakan kata “melestarikannya”.
Akhirnya kearifan lokal akan luntur dimasa depan saat kita menjadi aktor
penting dalam setiap lakon penghancuran budaya. Menurut arif dan bambang,
menyinggung soal nila berarti kita berhadapan dengan persoalan abstrak dan
tidak bersifat mutlak, melainkan selalu bersifat relativ sesuai dengan
lingkungan setempat. Memperhatikan wacana diatas nilai dalam masyarakat lebih
sentral dibandingkan dengan norma (norm). Sesuai norma dari berbagai tingkatan
mencerminkan “nilai”yang hidup didalam suatu komonitas.
kearifan
lokal menjadi sesuatu yang di KUNOkan, sebagian pihak menganggap budaya itu
harus diperbaharui. Pada dasarnya budaya ialah jati diri dari suatu masyarakat,
yang sejatinya budaya melambangkan cara berpikir manusia. Kata tradisional kini
menjadi hal yang mesti dirubah. Kontenporer dan modern menjadi tujuan arah
perubahan. Satu pertanyaan mendasar. Apa itu modern ? Mengapa modern ?
Generasi
muda adalah harapan leluhur penerus nilai keasrian budaya. Dan, pemerintah
wadah pengharapan kebudayaan, daerah diwajibkan menjaga, merawat,
mengekspresikan jiwa tradisional, serta nilai kebudayaan, kearifan lokal.
Sangat disayangkan kepada mereka yang dahulu memikirkan bagaimana cara mendidik
kita generasi sekarang lewat budaya selaku alat pendidikan sosial maupun
religi, malah sekarang kita melupakan menganggap hanya sebuah icon masa lampau,
yang di bingkai pita fatamorgana, sehingga saat kita ingin mengenalnya “ia”
hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar